Kamis, 18 April 2013

Mengkotak-kotakkan, masih jaman?

Sampoerna Academy (Kamis 21, Maret 2013)
Hari ini merupakan hari kedua saya berada di Sampoerna Academi Bogor. Hari kedua ini saya banyak melakukan kegiatan. Seperti biasa sebelum memulai hari di pagi hari, seluruh tenaga pengajar dikumpulkan untuk menerima briefing singkat terutama kami sebagai mahasiswa PPL. Pagi ini dikarenakan bapak alid dan pak cipto yang masih tidak bisa masuk karena sakit, saya dan imas sebagai guru PPL matematika diperintahkan untuk mengisi kelas mereka masing-masing. Sambil menuju ke kelas, saya berinteraksi baik dengan guru maupun siswa untuk mengakrabkan suasana dengan lingkungan sekolah. Memang suasana keakraban sangat kental di Sampoerna Academy, situasi yang seharusnya di miliki oleh setiap sekolah di indonesia sehingga tidak akan ada lagi kesenjangan antar teman. Semua membaur J
Jam pertama dan kedua saya dan imas, mengisi kelas matematika untuk kelas XI social dimana bapak narudin (Naruto biasa dipanggil) sebagai wali kelasnya. Agenda yang saya bicarakan pada hari ini untuk kelas mereka adalah materi yang sama dengan hari kemarin, yaitu mereview bab dan mengerjakan latihan ulangan pada buku. Setelah mereka mengerjakan beberapa soal, saya sambil berbincang ringan dengan dengan beberapa anak murid. Pengalaman yang cukup baik tentang hari ini adalah, impressi yang saya dapat dari salah satu anak murid bahwa wali kelas mereka adalah wali kelas yang lucu dan asik. Bahkan ada yang bilang wali kelas mereka gokil. Dan memang ketika mendengar beberapa cerita dari anak murid, saya mendapatkan gambaran tentang guru ini. Bahwa guru ini memang “GOKIL”. Hal ini menjauhkan saya dari kesan bahwa guru SMA Sampoerna Academy adalah guru-guru yang serius. Ini menginspirasi saya, bagaiamana seorang guru haruslah memiliki selera humor yang baik agar anak-anak tertarik untuk belajar apa yang kita ajarkan. Perbincangan sekaligus review bab 3 dan 4 mengalir hingga bel tiba pukul 9.30 WIB.
Saya baru sadar, ternyata nama yang diberikan untuk setiap kelasnya bukanlah X-1, X-2, X-3, X-4, dst. melainkan dengan nama wali kelas. Sebagai contoh kelas XI dengan wali kelas bapak naruto,  dinamakan dengan kelas XI-N dan kelas XI dengan wali kelas ibu yasmin hadiyarti dinamakan dengan kelas XI-YH. Sempat ibu Emi (koordinator SEP di sekolah Sampoerna Academy) menjelaskan tujuan dari penamaan kelas bukan dengan X-1, X-2, X-3, X-4, dst itu adalah pihak sekolah tidak mau mengkotak-kotakaan murid. Di indonesia lebel X-1 yang terkenal dengan anak-anak unggulan dan X- (kelas dengan nomor paling belakang) terkenal dengan anak-anak nakal yang dikumpulkan di satu kelas. Sehingga pihak pembuat kebijakan sekolah tidak mau mengkotak-kotakan anak-anak dengan label yang menurut mereka tidak masuk akal. Tapi sesuai apa yang saya rasakan, hal ini memang sangat benar terjadi di lingkungan pendidikan indonesia. Dan saya-pun pernah mengalami hal tersebut di masa sekolah saya dahulu.
Setelah itu saya mengobservasi kelas ibu Azmi, di ruang Kayu manis 6. Pada kali ini, yang saya observasi adalah siswa kelas X yang sedang belajar math ICGSE (Curriculum Cambridge). Ibu guru pamong saya mereview materi- materi yang belum dimengerti siswa, sementara saya membantu siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru pamong tersebut (jika mereka tidak mengerti). Kelasnya begitu menarik, guru menggunakan software yang membuat saya tertarik dalam mengaplikasikan materi program linear. Pembelajaran terlihat sangat fleksibel, dan saya ikut belajar dari apa yang diajarkan oleh guru pamong mengenai konsep, terminologi, management kelas, manajemen siswa, penggunaan metode belajar, dsb.
Selesai dari kelas ibu azmi, saya dan imas masuk membantu kelas bapak alid yang ditinggalkan karena sakit.  Bel selesai saya masuk ke dalam ruang guru. Disana saya disodorkan banyak sekali amplop yang berisi aplikasi calon siswa-siswi baru yang akan menjadi keluarga besar sampoerna academy. Saya membantu menseleksi kelengkapan dokumen calon siswa-siswi tersebut. Banyak hal yang saya pelajari. Salah satunya, bahwa lingkungan sekolah bukan hanya berisikan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru, akan tetapi banyak hal yang lain yang bisa menjadi lahan pekerjaan untuk calon guru seperti saya. Tata usaha, Staff, sekertaris dsb juga merupakan lahan pekerjaan yang bisa dilakukan sebagai seorang calon guru yang akan lulus nantinya. Jadi saya tidak boleh menutup mata, bahwa dunia pendidikan bisa mencakup banyak hal bukan hanya menjadi guru. Setelah seleksi dokumen selesai, saya pun kembali ke rumah. Pengalaman hari ini .... LUAR BIASA!! J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar