Sampoerna Academy (Kamis 21, Maret 2013)
Hari ini merupakan hari kedua saya berada di
Sampoerna Academi Bogor. Hari kedua ini saya banyak melakukan kegiatan. Seperti
biasa sebelum memulai hari di pagi hari, seluruh tenaga pengajar dikumpulkan
untuk menerima briefing singkat terutama kami sebagai mahasiswa PPL. Pagi ini
dikarenakan bapak alid dan pak cipto yang masih tidak bisa masuk karena sakit,
saya dan imas sebagai guru PPL matematika diperintahkan untuk mengisi kelas
mereka masing-masing. Sambil menuju ke kelas, saya berinteraksi baik dengan
guru maupun siswa untuk mengakrabkan suasana dengan lingkungan sekolah. Memang
suasana keakraban sangat kental di Sampoerna Academy, situasi yang seharusnya
di miliki oleh setiap sekolah di indonesia sehingga tidak akan ada lagi
kesenjangan antar teman. Semua membaur J
Jam pertama dan kedua saya dan imas, mengisi
kelas matematika untuk kelas XI social dimana bapak narudin (Naruto biasa
dipanggil) sebagai wali kelasnya. Agenda yang saya bicarakan pada hari ini
untuk kelas mereka adalah materi yang sama dengan hari kemarin, yaitu mereview
bab dan mengerjakan latihan ulangan pada buku. Setelah mereka
mengerjakan beberapa soal, saya sambil berbincang ringan dengan dengan beberapa
anak murid. Pengalaman yang cukup baik tentang hari ini adalah, impressi yang
saya dapat dari salah satu anak murid bahwa wali kelas mereka adalah wali kelas
yang lucu dan asik. Bahkan ada yang bilang wali kelas mereka gokil. Dan memang
ketika mendengar beberapa cerita dari anak murid, saya mendapatkan gambaran
tentang guru ini. Bahwa guru ini memang “GOKIL”. Hal ini menjauhkan saya dari
kesan bahwa guru SMA Sampoerna Academy adalah guru-guru yang serius. Ini
menginspirasi saya, bagaiamana seorang guru haruslah memiliki selera humor yang
baik agar anak-anak tertarik untuk belajar apa yang kita ajarkan. Perbincangan
sekaligus review bab 3 dan 4 mengalir hingga bel tiba pukul 9.30 WIB.
Saya baru
sadar, ternyata nama yang diberikan untuk setiap kelasnya bukanlah X-1, X-2,
X-3, X-4, dst. melainkan dengan nama wali kelas. Sebagai contoh kelas XI dengan
wali kelas bapak naruto, dinamakan
dengan kelas XI-N dan kelas XI dengan wali kelas ibu yasmin hadiyarti dinamakan
dengan kelas XI-YH. Sempat ibu Emi (koordinator SEP di sekolah Sampoerna
Academy) menjelaskan tujuan dari penamaan kelas bukan dengan X-1, X-2, X-3,
X-4, dst itu adalah pihak sekolah tidak mau mengkotak-kotakaan murid. Di indonesia
lebel X-1 yang terkenal dengan anak-anak unggulan dan X- (kelas dengan nomor
paling belakang) terkenal dengan anak-anak nakal yang dikumpulkan di satu
kelas. Sehingga pihak pembuat kebijakan sekolah tidak mau mengkotak-kotakan
anak-anak dengan label yang menurut mereka tidak masuk akal. Tapi sesuai apa
yang saya rasakan, hal ini memang sangat benar terjadi di lingkungan pendidikan
indonesia. Dan saya-pun pernah mengalami hal tersebut di masa sekolah saya
dahulu.
Setelah itu
saya mengobservasi kelas ibu Azmi, di ruang Kayu manis 6. Pada kali ini, yang
saya observasi adalah siswa kelas X yang sedang belajar math ICGSE (Curriculum
Cambridge). Ibu guru pamong saya mereview materi- materi yang belum dimengerti
siswa, sementara saya membantu siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan
guru pamong tersebut (jika mereka tidak mengerti). Kelasnya begitu menarik,
guru menggunakan software yang membuat saya tertarik dalam mengaplikasikan
materi program linear. Pembelajaran terlihat sangat fleksibel, dan saya ikut
belajar dari apa yang diajarkan oleh guru pamong mengenai konsep, terminologi,
management kelas, manajemen siswa, penggunaan metode belajar, dsb.
Selesai dari
kelas ibu azmi, saya dan imas masuk membantu kelas bapak alid yang ditinggalkan
karena sakit. Bel selesai saya masuk ke
dalam ruang guru. Disana saya disodorkan banyak sekali amplop yang berisi
aplikasi calon siswa-siswi baru yang akan menjadi keluarga besar sampoerna
academy. Saya membantu menseleksi kelengkapan dokumen calon siswa-siswi
tersebut. Banyak hal yang saya pelajari. Salah satunya, bahwa lingkungan
sekolah bukan hanya berisikan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru, akan
tetapi banyak hal yang lain yang bisa menjadi lahan pekerjaan untuk calon guru
seperti saya. Tata usaha, Staff, sekertaris dsb juga merupakan lahan pekerjaan
yang bisa dilakukan sebagai seorang calon guru yang akan lulus nantinya. Jadi
saya tidak boleh menutup mata, bahwa dunia pendidikan bisa mencakup banyak hal
bukan hanya menjadi guru. Setelah seleksi dokumen selesai, saya pun kembali ke
rumah. Pengalaman hari ini .... LUAR BIASA!! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar