Tampilkan postingan dengan label Sharing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sharing. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 April 2013

Intensitas Keterlibatan Orang Tua vs Ketercapaian Prestasi Anak

Jika anda seorang orang tua dan memiliki anak, mungkin anda memiliki gaya mendidik masing-masing. Tapi tahukah anda jika gaya mendidik seseorang itu dapat berpengaruh terhadap ketercapaian prestasi anak anda?jika anda ingin tahu lebih banyak tentang hubungan antara keterlibatan anda sebagai orang tua dengan ketercapaian prestasi anak, mungkin anda bisa menonton video buatan tim saya di bawah ini. Semoga bermanfaat.


Kamis, 25 April 2013

Pendidik, Pernahkah Berhenti Belajar?

Pelajaran yang sangat berarti yang bisa saya ambil dari mengajar di Sampoerna Academy hari ini, 25 April 2013. Saya merasa bahwa memang saya sangat cocok menjadi pengajar. Saya merasa selalu baru ketika memasuki ruangan kelas dan bertemu dengan senyum-senyum manis yang siap untuk belajar. Bedanya dengan dokter; kalo dokter, pasti yang akan bertemu mereka adalah orang-orang yang mukanya merintih, kumal belum mandi, badannya panas atau muka linglung karena mereka semua dalam keadaan yang kurang sehat, apapun bentuknya kekurangan sehatnya tersebut. So, memang menjadi pengajar itu berkah.
Kalo kalian berpikir, pengajar akan kehilangan ilmunya dan tidak akan pernah belajar itu salah besar. Contoh yang paling kecil ketika kita menjadi seorang pengajar yaitu ketika kita akan memasuki ruang kelas, pasti kita akan membuka-buka bahan yang akan diajarkan. Membaca kembali, beratih kembali, berusaha sesiap mungkin untuk mengajarkan dengan metode terbaik supaya anak paham konten pembelajaran, yang seharusnya mereka kuasai. Hari ini saya merasakan hal yang demikian.
Tugas PPL saya seharusnya telah selesai. Akan tetapi, guru pamong saya hari ini tiba-tiba memberitahukan kalau dia sakit dan memohon kepada saya untuk menggantikannya mengajar tiga buah kelas, kelas X-social, X- Science, X- Social-Science. Saya awalnya agak tidak yakin, karena harus membahas past paper yang pada dasarnya; takut menjebak diri saya sendiri dalam keadaan paling awkward dalam sejarah hidup manusia "ketidak-tahuan", karena saya tidak melakukan persiapan apa-apa. Untungnya, guru pamong saya memberikan instruksi apa yang harus saya lakukan. smsnya berbunyi:
"Zain saya mau minta tolong, Sy sakit, jadi saya mau minta tolong isi kelas sy. Hasil TO nya ada di atas meja saya, minta tolong di bagikan dan dibahas sekilas yg sulitnya aja. Trus lanjut k paper 4 yg keman dijadikan PR. Thanks a lot sblmnya"
IGCSE merupakan hal baru bagi saya, karena saya sangat terbiasa dengan KTSP. Saya pernah menghandle satu kelas penuh di SMA Paskalis, SMA Santo Bellarminus Menteng, SMAN 1 Jakarta, MAN 11, SMAN 82 Jakarta. Anehnya, semua kurrikulum yang digunakan adalah KTSP. Ditambah lagi, dari zaman saya sekolah SMA pun, saya menggunakan KTSP. jadi IGCSE merupakan hal yang sangat baru di kehidupan saya. seperti seorang anak yang baru pertama kali menyentuh gumpalan uang 1jt Rupiah. Bagi saya hal itu sangatlah menarik untuk bisa belajar banyak hal-hal yang baru sehingga saya lahap sajalah materi-materi tersebut.
Ketika mengajar di kelas pertama (07.30-09.30WIB) saya merasa persiapan saya agak kurang. Tapi indahnya menjadi seorang guru, ketika kita mengajar di kelas sebenarnya kita sedang belajar kembali. Ada sebuah soal pada past paper IGCSE yang berbunyi seperti ini.
Soalnya seperti ini: "the diagram shows a pile of 10 tree trunks. Each tree trunk has a circular cross-section of radius 31 cm and length 15 m. A plastic sheet is wrapped around the pile. C is the centre of one of the circles. CE and CD are perpendicular to the straight edges, as shown.Show that angle ECD = 120°."
Saya termenung, sambil menanyakan "ada yang punya ide, bagaimana cara menyelesaikannya?" kepada siswa,  hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu bagi diri saya berpikir cepat mencari solusi. Yap bung, seorang pendidik mesti tahu bagaimana menjaga kredibilitas di depan anak-anak untuk menjaga suasana kelas agar tetap kondusif untuk belajar. 
sebenarnya saya punya ide, dengan menganalogikan untuk lingkaran yang lebih sedikit, seperti dibawah ini 
Saya menunjukkan, kalo keliling tali yang mengelilingi 3 lingkaran itu sama dengan 8R+2(1/2 2Phi R), logikanya kalau panjang busur dari setengah lingkaran itu digabungkan, akan menjadi sebuah keliling lingkaran. Hal yang sama pun saya aplikasikan dengan gambar yang lebih kompleks seperti yang disebutkan diatas. Singkat cerita, anak-anak merasa paham. tapi saya belum merasa puas akan penjelasan saya sendiri. 
kelas selanjutnya, saya menjelaskan dengan cara yang sama sambil berpikir sebuah ide baru yang lebih "Gila" dengan satu tujuan yaitu agar anak-anak paham. Saya juga turut menanyakan kepada anak-anak apakah mereka memiliki pandangan lain. tapi ternyata tidak ada, dan anak-anakpun merasa paham. 
kelas selanjutnya berjalan setelah makan siang, dan saya pun juga menjelaskan soal yang sama dengan soal yang diatas. bagusnya karena yang saya ajar disini adalah kelas anak-anak yang berisi anak-anak sangat cerdas, ada satu anak yang maju dan ingin menjelaskan pandangannya. logikanya sangat benar. disinilah saya belajar tapi tanpa harus malu kalau cara si anak lebih baik. saya memberikan terima kasih dan tepuk tangan. setelah anak ini duduk ke tempat duduknya, ada anak lainnya yang ingin memberikan pandangan yang berbeda. singkat cerita logikanya memang benar, jadi saya menyutujui idenya. dan sekali lagi, tanpa harus malu bahwa cara si murid lebih bagus, saya mengucapkan terima kasih dan mengajak anak lain memberikan tepuk tangan atas hasil kerjanya. 
saya pun merenung, benar sekali memang bahwa seorang pendidik adalah seorang yang berprofesi pengajar tapi ia tidak akan pernah berhenti belajar bagaimanapun bentuk cara belajarnya. bisa melalui buku, murid, bahkan anak kecil sekalipun. ketika itu memang baik dan benar maka tidak salah jika kita menyetujui dan mengikuti opini tersebut. 
So, pengajar tidak akan pernah berhenti memperbaharui diri. Sekali lagi beda dengan seorang dokter ya. :D

Kamis, 14 Oktober 2010

Arti Sebuah Nama

Apa yang anda bayangkan ketika mendengar nama Muhammad Zaenudin disebutkan?penceramah kondang bersorban yang diarak oleh warga dan disambut oleh pegawai pemerintah daerah dengan musik-musik islami, berjenggot, bergamis, dan juga sering muncul muncul di baliho undangan perayaan hari besar keagamaan layaknya ulama-ulama besar?anda kurang tepat. Zaenudin disini adalah Zaenudin yang tidak menggunakan akhiran MZ seperti yang sering tampil memenuhi layar kaca anda ketika menjelang bedug Magrib di bulan suci Ramadhan atau ada di spanduk undangan pinggir jalan tempat akan diadakannya hari besar keagamaan.
Berawal ketika Zainudin MZ, Ustadz dan penceramah sebenarnya, mendapatkan hadiah sebuah mobil Mercedez-Benz dari orang nomor satu di Indonesia pada waktu itu, Presiden Soeharto. Tepat di momen bahagia itulah makhluk imut, yaitu saya, menghirup udara untuk pertama kalinya di dunia ini. Berangkat dari anugrah inilah yang membuat ayah saya sibuk mencari nama yang tepat untuk anak lelaki terakhir dan satu-satunya ini. Karena ayah saya adalah seorang muslim yang taat sehingga nama yang diberikan kepada semua anaknya selalu di bumbui dengan aroma keislaman. Diyani Alawiyah, Mindiyani Astuti, dan Siti Aisiyah adalah nama kakak-kakak saya yang tidak luput dari kentalnya identitas seorang muslim. Setelah lama berpikir, pada akhirnya Muhammad-lah yang menurut beliau tepat dipasangakan dengan Zaenudin (tanpa MZ tentunya J). Dengan harapan nantinya saya akan menjadi seorang muslim yang taat seperti Nabi Muhammad serta nasib baik yang juga akan selalu bersama saya setiap waktunya seperti peristiwa yang terjadi pada Ust. Zainudin MZ ketika menerima mobil dari presiden ke dua kita waktu itu.
Apa arti sebuah nama?jika Shakesphere menyatakan tiadalah artinya, maka menurut saya adalah sebaliknya.  Nama adalah doa dan harapan yang disematkan kepada pribadi seorang anak. Pastinya tidak mudah menentukan bahwa nama saya, seperti yang saat ini, diputuskan dan diberikan pada saya ketika saat itu. Sehingga saya penasaran apakah makna harfiah yang sebenarnya hingga orang tua saya sulit-sulit menemukan nama ini.  Setelah sibuk mencari, ternyata memang benar nama yang diberikan pada saya maknanya begitu sangat hebat, besar, dan mulia. Muhammad diartikan sebagai berdoa dengan baik, jalan yang tentram, merdeka, bahagia, dan sempurna. Sampai saya ketika mengetahui maknanya dan menulisnya pada artikel ini membuat saya benar-benar ingin meneteskan air mata haru, betapa kuatnya karakter dan harapan yang beliau identitaskan pada saya. Sungguh luar biasa.
Saya adalah pribadi muslim biasa yang tidak terlalu fanatik dalam beragama. Saya tidak pernah berkumpul dalam kluster-kluster besar(berbondong-bondong –red)mengikuti pertemuan bersama habib-habib ternama layaknya seperti yang diadakan di lapangan monas atau tempat lain dengan jenis acara serupa. Saya hanya menjalankan apa yang memang seharusnya saya jalankan (yang wajib saja –red). Karna saya belum mampu menjadikan menu rohani sebagai menu tunggal dan utama untuk dinikmati dalam hidup. Menurut saya, kita juga diciptakan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan non-duniawi tetapi harus menjaga keduanya, duniawi dan non duniawi, agar dua hal tersebut seimbang.
Ayah saya adalah pemuka agama di lingkungan rumah. Di satu sisi nama yang disematkan pada saya ini membuat saya malu jika saya tidak menjalankan agama sesuai syariat. Tetapi disisi lain nama ini menjadi sebuah motivasi khusus bagi saya mengingat makna dan harapan yang berada dibaliknya begitu sangat indah dan mulia.
Saya berencana untuk melanjutkan studi saya di Benua Biru, Inggris ataupun negeri tempat seorang Jendral besar Napoleon Bonaparte tumbuh, ya Perancis. Atau juga negeri tempat suku Indian bertempat, ya benar lagi; Amerika. Sering terdengar di media bahwa seorang muslim yang akan memasuki negeri tersebut mereka akan dipersulit lewat proses-prosesnya. Salah satu proses itu berawal dari identisasi sebuah nama, Muhammad Zaenudin pasti akan berlama-lama dalam proses interogasi jika memasuki bandara negeri-negeri barat tersbut. Pernah terlintas di benak saya pikiran bodoh, “Mungkin Alexander Maximlien baik untuk menggantikan nama saya sekarang, atau Lionel Frederick Kanoute seperti halnya gabungan dua nama pesepak bola besar di benua Eropa, sepertinya juga terdengar lebih keren”. Tetapi saya berpikir bahwa bodoh jika saya hanya berorientasi pada hal-hal kecil yang tidak layak untuk dipersoalkan berkaitan dengan nama ini. Jika dibandingkan kembali kepada makana dan harapan orangtua saya yang besar, indah, gilang gemilang terhadap nama ini.
Jadi menurut pendapatmu, masih pentingkah arti sebuah nama? Kalau saya sih sangat J